Obesitas Sebabkan Nyeri Tulang Belakang

Senin, 13 Januari 2020 - 07:48 WIB
Obesitas Sebabkan Nyeri Tulang Belakang
Obesitas Sebabkan Nyeri Tulang Belakang
A A A
Menjaga berat badan ideal merupakansalah satu kriteria hidup sehat. Saat berat badan kita ideal, kesehatan tulang punggungpun tetap terjaga, demikian halnya kesehatan sendi lutut. “Menjaga berat badan merupakan salah satu langkah memiliki kualitas kesehatan dan gaya hidup yang baik,” kata dr Sri Wahyuni SpKFR, tim dokterLamina Pain and Spine Center.

Di samping faktor usia, penderita nyeri tulang belakang dan nyeri lutut juga mereka yang memiliki masalah kelebihan berat badan. Menurut dr Mahdian Nur NasutionSpBS, berat badan berlebih juga menjadi pemicu meningkatnya keparahan kondisi pasien. Penelitian menunjukkan orang yang mengalami berat badan berlebih memiliki kemungkinan tiga kali lipat lebih besar mengalami nyeri punggung, nyeri sendi, dan spasme otot dibandingkan orang dengan berat badan ideal.

Bahkan, data The American ObesityAssociation menunjukkan jika sepertiga dari seluruh populasi obesitas di Amerika mengalami masalah nyeri punggung dan nyeri otot yang membuat mereka membutuhkan perawatan medis, baik dengan obat-obatan maupun terapi intervensi nyeri seperti radio frekuensi ablasi.

Obesitas sentral yang ditandai dengan perut buncit akan menyebabkan pinggul lebih maju menarik otot-otot tulang belakang sehingga menyebabkan nyeri pinggang. “Obesitas juga meningkatkan terjadinya bulging pada bantalan sendi tulangbelakang, yang selanjutnya menyebabkan saraf terjepit atau dikenal sebagai herniatednucleus pulposed (HNP),” beber praktisiminimally invasive spine surgery Lamina Painand Spine Center itu. Belum lagi, adanya berbagai masalah kesehatan lain seperti piriformis syndrome yang juga dapat dipicu karena berat badan berlebih.

Secara umum, nyeri tulang belakang biasanya akan membaik dalam 2-3 hari kedepan dengan melakukan istirahat. Namun pada beberapa kondisi, mungkin nyeri masih tetap terasa meski istirahat sudah dilakukan. Bahkan, tidak jarang nyeri bertambah berat seiringnya waktu. Pada kondisi seperti inilah individu harus segera berkunjung ke dokter atau klinik yang fokus mengatasi masalah nyeri dan tulang belakang.

Pada tahap awal, obat-obatan nyeri yang dijual bebas mungkin dapat digunakan untuk mengatasi nyeri tulang belakang akut, diikuti dengan istirahat. Obat-obatan tersebut termasuk di antaranya golongan obat anti inflamasi non steroid (NSAIDs) seperti ibuprofen dan naproxen sodium.

“Obat-obatan golongan relaksan otot, antidepresan, dan injeksi juga terbukti mengatasi secara efektif nyeri tulang belakang. Hanya, pemberiannya harus melalui resep dokter,” ungkap Dr dr Wawan Mulyawan SpBS SpKP, pakar nyeri tulang belakang Lamina Pain and Spine Center.

Pada kasus yang lebih berat, terapi minimally invasive seperti radio frekuensiablasi, laser disektomi, racz kateter,kifoplasti, endoskopi, hingga open suegerybisa menjadi solusi. Klinik Lamina Pain andSpine Center sudah melakukan tindakan minimally invasive spine surgery pada 1.200 pasien. Angka ini merupakan angka terbanyak di Indonesia. (Baca: Mengenal Bipolar, Gejala dan Usia yang Rentan Terkena)

Hingga kini masih banyak orang yang salah kaprah, di mana ketika nyeri tulang belakang muncul, mereka malah menghindari atau terlalu proteksi pada tulang belakangnya yang berujung pada penurunan aktivitas.

Padahal sesungguhnya melakukan aktivitas dapat mengurangi derajat keparahan nyeri dibandingkan hanya bedrest. Dr Wawan menyebutkan, bed rest yang dianjurkan pada penderita nyeri tulang belakang 2-3 hari saja, tidak boleh lebih. Istirahat berlebih malah dapat menyebabkan struktur penumpu tulang belakang sepertiotot dan ligamen menjadi kaku atau lemah.
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6204 seconds (0.1#10.140)